Foto bersama
Waktu bagi orang bisnis adalah uang. Waktu buat anak kuliah adalah hitungan. Sementara waktu bagi orang menganggur rasanya lama.
Waktu bagi orang jatuh cinta seperti busway. Jalannya milik sendiri. “Waktu bagi orang suka cita seperti hujan di siang hari. Tidak perlupun dia datang,” ujar Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra.
Dan, lanjutnya, waktu buat Kill Covid-19 seperti pelangi senja hari. “Mungkin hilang. Mungkin datang . Tergantung hujan,” ucap Adharta.
Adharta menjelaskan, akibat kena Covid-19 tiga kali dirinya mengalami gejala long covid-19. Dan, lanjutnya, ia pun harus menjalani terapi hormon.
“Tapi dampak perawatan ini saya sering mengalami dada sakit seperti mengalami tekanan dan seeprti masuk angin. Saya takut sekali karena saya penyintas sakit jantung,” tuturnya.
“Telinga saya kehilangan pendengaran. Budi atau Budeg dikit. Hampir tuli. Saya sudah mencoba ke dokter THT tapi kerusakan ini tidak bisa diperbaiki. Mungkin kalau ada saran dokter THT yang bisa merawat bisa menghubungi saya,” urainya.
Menurutnya, alat bantu dengar juga tidak berfungsi. Adharta mengemukakan, berat badannya malah naik dan susah dikontrol.
“Gula darah juga naik HBA1c juga naik. Yang lain normal. Rambut yang rontok semua. Kondisi badan tidak stabil. Sebentar enak. Sebentar lemas. Dokter memang menyuruh diet karena berat badan terus naik signifikan. Makan sudah dikurangi tapi tetap sulit dkontrol,” paparnya.
Bahkan, lanjutnya karena jantungnya terasa tidak normal sehingga rasanya dadanya pun suka sesak. Napas menjadi tersengal-senggal.
Terpaksa Adharta harus minum Lasik 100 mg. “Hampir tiap hari saya timbang badan. Dan semakin stres setiap hari naik tidak mau turun. Sampai saya pikir timbangan salah. Mudah-mudahan long Covid-19 ini bisa diatasi. Saya rasa para dokter sudah bisa mulai mempelajari kondisi ini,” ujarnya.
Adharta menyebutkan bahwa pada Selasa (25/4/2023) ada 19 orang anggota dan relawan Kill Covid-19 berangkat menuju ke Bandung untuk silaturahmi dengan Kill Covid-19 Bandung sekaligus cuci mata dan jalan-jalan.
“Beberapa teman bertanya kepada saya mengapa masih terus diurus itu Covid-19. Biarkan saja. Tapi saya sendiri sampaikan bahwa kita harus tetap waspada,” katanya.
Mengapa? Karena Covid-19 belum musnah. “Sekarang beberapa negara tetangga kita sedang mengalami tekanan Infeksi Covid-19 cukup parah. Bukan menakut-nakuti tapi kita harus waspada daripada kecolongan. Protokol kesehatan harus tetap dijaga, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, hndari kerumunan, dan menjaga mobilitas,” urainya.
Adapun Kill Covid-19 Bandung punya record yang sangat bagus karenanya menurut Adharta, kita semua harus mengangkat dua jempol untuk Kill Covid-19 Bandung.
“Khususnya Ketua Sukanto Lie yang aktif luar biasa. Silaturahmi dan anjangsana ini mungkin bisa memberikan kontribusi pembangunan kesehatan melalui edukasi dari Kill Covid-19,” tukasnya.
Adharta berharap semoga cinta yang dipancarkan dari Bandung akan menyebar ke seluruh Tanah Air tercinta Indonesia. (Gabriel)