Adharta Ongkosaputra dan cucu
Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra memiliki banyak pengalaman hidup menarik ketika lagi ke Singapura.
Adharta suatu hari penah ketiduran di Bandara Changi ketika transit di Singapura dalam perjalanan ke Eropa.
Pesawat mendarat tengah malam dan ia melakukan perjalanan ke Eropa ketika itu sendiri saja dan penerbangan lanjut besok pagi.
“Saya tidak sempat untuk pindah atau menginap di hotel walàu didalam airport ada hotel. Akhirnya karena kelelahan saya tertidur di kursi,” ujarnya.
Dan ternyata, lanjutnya, keesokan pagi harinya saya terkejut bangun ternyata sudah pakai selimut. Adharta terkesan dengan perlakuan ini.
“Sungguh indah pengalaman ini,” ujarnya.Tak hanya itu sebab masih ada yang lain. Suatu malam karena terburu-buru Adharta dan kakaknya, Risal ke suatu acaraa jadi akhirnya makan di Mc Donald Orchard.
Karena terburu-buru selesai makan langsung jalan sehingga Adharta lupa tas tangannya tertinggal. “Sampai malam baru teringat. Saya dan kakak saya kembali ke sana ternyata pelayan masih menunggu kami dan mengembalikan tas saya. Didalam tas saya isi uang tunai cukup banyak. Tapi hebatnya tidak hilang sedikit pun,'” Adharta bangga.
Satu pengalaman indah lagi. “Saya kehilangan sebuah kamera.Di Newton Circus sehabis makan malam. Sampai di hotel baru tahu kamera hilang. Kami kembali ke Newton Circus dan vleanning service mengembalikan kamera saya. Ya, pelayannya bukan pemilik restoran,” paparnya.
Dan, hal yang lebih mengejutkan saat Adharta mau kasih tip tapi mereka tidak mau terima. “Saya rasa masih beberapa pengalaman saya di kota Singapura yang betul betul menjadi bahan pelajaran buat kita di Indonesia. Seperti beberapa kisah saya yang lalu bahwa nyawa saya diselamatkan oleh Dr J A Tambah dan kawan kawan di Mount Elisabeth Hospital tahun 1980. Saya rasa banyak teman memiliki pengalaman yang sama. Walaupun ada pengalaman buruk terjadi di Kota Singa ini tapi itu rasanya dakukan oleh orang orang-luar,” urainya.
Adharta mengaku kagum akan sifat kejujuran mereka.”Terus terang waupun ada julukan fine city (apa-pa denda) tapi yang terang lebih baik. Ini yang perlu kita contoh. Yang jelek jangan. “Saya akan terbang ke Singapura kembali menuju Rumah Sakit’ Mount Elisabeth Novena dan telah buat janji dengan Dokter Niko Wanahità. Semoga bisa mendapat pengobatan dan solusi solusi baik untuk kesehatan saya. Mohon doa restu kawan kawan. Terima kasih atas dukungan teman teman dokter dan profesor juga Rumah Sakit di Jakarta,” terangnya. (Gabriel)