Adharta Ongkosaputra

Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra menjelaskan bahwi orang Singapura itu penduduknya sebagian besar itu adalah Chinese atau orang Tionghoa yang lebih dari 60% mereka sangat mempercayai nasib.

“Suatu hari saya berjalan di daerah Victoria. Di situ ada seorang pedagang. Karena saya kerja kapal jadi saya suka beli sparepart di daerah Victoria jadi setelah membayar itu yang tukang jual si encek-ecek itu masih pakai kalkulator, dia lama sekali menghitungnya. Saya itu kebetulan punya kelebihan yaitu bisa menghitung cepat. Nah lalu sambil dia lagi menghitung dengan kalkulator, saya lihat angkanya lalu saya sebut angkanya gitu totalnya misalnya totalnya 1000 gitu itu si encek ternyata itu betul jumlahnya seperti yang saya omong itu 1000. Terus dia bilang ke saya katanya orang Tionghoa itu percaya kalau orang itu cepat menghitung itu orang biasanya tidak bisa jadi orang kaya katanya. Kira-kira begitu kisah yang menarik dari Kota Singapura karena sampai sekarang orang Singapura itu masih percaya itu jadi kalau dia lagi menghitung memang sengaja malah lama-lama,” paparnya.

Adharta menuturkan, bsa jadi itu adalah hal yang menarik dari Kota Singapura tapi akhir-akhir ini mungkin sudah zaman modern sudah tidak ada lagi tradisi itu.

Jadi, lanjutnya dulu kalau kita makan ketika membayar, pemilik warung menghitung belum memakai mesin hitung karena masih ditulis.

“Ya kalau ditulis begitu dihitung pelan-pelan gitu. Kadang-kadang orang yang habis makan mau buru-buru bayar jadi kesal karena harus si pemilik warung harus menghitung cepat,” urainya.

Adharta mengungkapkan bahwa dirinya diperiksa di rumah sakit di Singapura, Elisabeth Novena dengan harapan nasib baik.

“Mudah-mudahan nasib saya baik waktu berobat,” terangnya. (Gabriel)

Leave a Reply

Your email address will not be published.