Aku Menyapa Matahari
Oleh Adharta
Setelah melakukan perjalanan jauh keluar negeri dan atau dalam negeri dan setelah kembali ke rumah
di Sela Sela kelelahan fiisik saya selalu memcoba merenung
direlung Hatiku selalu timbul pertanyaan ber macam macam sampai kecaman atau protes terhadap diri sendiri
Saya termasuk tipe orang workoholic atau kerja keras sampai lupa tanpa batas baik malam atau jarak jangkau
Tetapi Disudut kelelahan itu saya mencoba untuk tetap ber Doa
Walau kadang doa yang sangat sederhana sampai doa Bapa kami.
Ada satu hal yang menarik dalam setiap Doa saya adalah mendoakan Orang Orang yang saya tuakan bahkan saya panggil Papi dan Mami atau Papa dan Mama
Mengapa saya lakukan itu
Karena saya tidak punya orang tua lagi tidak ada kesempatan lagi saya berbuat sesuatu yang baik lagi kepada Orang tua saya dan dengan harapan melalui Orang yang saya tuakan itulah saya mencoba memberi perhatian lebih dengan memanggil Papi Mami dan atau Papa mama
Sampai Opa dan Oma
Sampailah suatu saat saya bertemu dengan Bunda Lusia Sutanto
Dulu saya merasa sedikit Aneh dengan Bunda yang saya panggil Mama Lusia ini
Kenapa aneh? karena dimana mana
saya selalu berjumpa terus dengan Mama Lusia
jujur kadang saya ada perasaan lain yaitu merasa saya ini bener bener anak nya kali
tetapi berjalannya waktu saya cuma bisa menemukan sebuah jawaban Bahwa Mama Lusia memang lain daripada yang lain
Mama Lusia itu sama dengan Doa
Karena ada dimana saja beliau selalu memimpin Doa
Acara apa saja kalau tidak menjadi lektris ya jadi pemimpin Doa
Bagi Saya DOA itu ada Maksudnya sendiri
Kalau kebiasaan orang ber doa pasti memohon sesuatu saya juga demikian
Atau mendoakan keluarga orang tua saudara
Saya juga demikian
Atau sampai kepada Puji syukur saya juga demikian
tetapi Setelah bertemu dengan Mama Lusia maka pandangan saya terhadap Doa sedikit berbeda
Biasa berdoa kita untuk orang lain atau untuk diri Sendiri supaya berbuat baik bagi orang lain sekarang berbalik bahwa Doa saya itu adalah Mendoakan saya supaya bisa lebih berkemampuan lebih mumpuni lebih siap melayani seperti Mama Lusia
Jadi lebih mudah
Jadi kan Aku seperti Mama Lusia
itu Doa pendek aku mengganti kan kata kata yang panjang lebar
kembali ke perjalanan keluar negeri
Ada sebuah kisah perjalanan saya di masa pandemi ini berkunjung ke eropa Barta walau dalam keadaan sangat sulit karena Corona
Tapi terpaksa karena urusan bisnis
Saya menulis semua puisi dengan judul Luka dan Duka Corona
Di tulis dalam pesawat Turkish airline Roma Ke Istambul
Puisi ini disadur dalam 3 bahasa termasuk bahasa Mandarin
Waktu pulang ke Istambul saya dan teman saya sempat hadir di sebuah restoran yang menyediakan menu makanan seperti yang Tuhan Yesus makan sebagai perjamuan akhir
di sebuah restoran di Istambul
perjamuan sangat seremonial
Saat menikmati roti tak beragi saya sempat nyeletuk ke kawan Saya
Ini biasa ada DOA
Coba kalau ada Mama Lusia
Karena di buka jam 18.00 ada doa malaikat Allah
Doa ini kesenangan Mama Lusia
Kita bisa tersenyum tetapi setelah saya sampai di Tanah air
Kita benar benar bersyukur karena kalau terlambat dua hari saja maka kita sulit pulang ke Tanah Air bisa tunggu ber bulan bulan.
Mama Lusia
usia boleh tua
Ada istilah itu hanya lah angka
Saya rasa ada benarnya
penampilan Mama tidak pernah berobah
sanggul khas Mama selalu menarik perhatian sekali pun dari jarak jauh
Orang lain boleh bercerita lain
Tapi cerita saya hari ini Mama Lusia ADALAH mama saya
Bukan Mama Biasa tapi Mama dalam segala hal
Mama panutan saya
dan Cinta saya
inilah pepatahku
Doa aku
Tuhan Jadikanlah aku
Seperti Mama Lusia
Yang Setia dalam doa dan pengharapan setiap saat
Dan disana semua Doa disatukan untuk di pohon kan kepada Bunda Maria
Supaya dikabulkan
Aku menyapa Matahari pagi
untuk Mama Lusia
Selamat Ulang Tahun ke 75
Mama Lusia