Adharta Ongkosaputra (Ist)
Menarik menyimak iklan sebuah produk ‘Membuat hidup lebih hidup’. Harus diakui memang hidup itu pasang surut. Kadang diatas Kadang dibawah. Ada kalanya senang ada kalanya susah.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra belum lama ini. Tetapi, lanjutnya dalam masa pandemi covid–19 ini bukan masalah susah atau senang.
Ya, bukan masalah ada uang atau tidak. Namun, masalah utama adalah kekhawatiran yang membuat banyak orang kehilangan harapan.
Bahkan hidup seperti tidak hidup. “Ada beberapa kisah pilu selama saya terlihat menangani covid-19. Seorang ibu setengah baya harus kehilangan 2 anaknya, laki-laki dan perempuan,” urainya.
Adharta membagikan kisah pilu ini mengenang ganasnya covid-19 sehingga penting menjaga kesehatan.
Dan, kata Adharta, menyusul suami tercinta dalam kurun waktu kurang sebulan. Sang ibu tidak bisa terima keadaan ini. Sudah 1 tahun berlalu tapi kepahitan ini tetap mengguncang sisi kehidupannya.
Maka tak salah jika hanya air mata saja yang terus mengalir. Kisah pilu lain, lanjutnya, sepasang suami istri merayakan HUT perkawinan ke-10 bersama 3 putra-putri cantik dan tampan.
“Mereka makan di sebuah restoran bersama. Suka cita penuh tapi sekaligus menandai duka cita. Keesokan harinya sekeluarga demam dan positif Covid-19. Suami istri masuk rumah sakit anak anak dirawat tantenya yang kebetulan positif juga. Suami istri dirawat terpisah. Dan sejak saat itu sang suami tidak pernah melihat istrinya lagi. Bencana ini menekan jiwa sang suami,” tuturnya.
Makan serasa sekam tidur seperti diatas bara. Kepedihan dalam kesedihan yang akan berkepanjangan.
Kisah pilu ini tak berhenti. Kata Adharta, seorang bapak menderita Covid-19 selama 3 bulan lebih dalam perawatan di rumah sakit hampir 2 bulan tidak sadar dan harus menggunakan ventilator.
“Setelah keluar rumah sakit harus menjalani perawatan lanjutan sampai sekarang dan masih di tempat tidur dan mendapat tekanan batin,” paparnya.
Belum selesai kisah pilu ini. Sepasang kekasih akan melaksanakan perkawinan di akhir Desember tahun lalu
Tapi, lanjutnya, Desember kelabu yang terjadi sang ke kasih harus meninggalkan pacar nya karena Covid-19. Sang kekasih memang berencana mau menjadi Pastur. Tetapi apakah ini jalan keluar?
Ya, semua akibat Covid-19 meninggalkan jejak berdarah darah bahkan penuh duka cita yang dalam.
Sementara ini semua duka dibalut dengan perban menyembunyikan luka sehingga tidak terlihat banyak terbuka.
“Kita semua tahu betapa kepedihan yang terjadi. Memang ini baru sepenggal kisah derita tapi saya rasa banyak sekali kisah derita yang saya alami. Juga dialami keluarga saya sendiri. Juga anggota dan relawan Kill Covid-19. Kakak sepupu saya, teman-teman saya serta sahabat dekat,” terangnya.
Saya, lanjutnya, sedang memikirkan bagaimana menyiaplan masa-masa sulit yang dihadapi para korban Covid-19.
Ternyata masih membutuhkan banyak masukan dari teman-teman. Penanganan Pastoral care juga sangat diperlukan karena kondisi religius salah satu solusi yang baik atau penanganan psikolog pakar kejiwaan.
“Begitu saran saya sementara untuk menangani masa sulit bagi para penderita atau korban Covid-19,” ucapnya.
Berikut beberapa cara yang disarankan Adharta:
LATIHAN Zhen Qi
Meditasi melalui latihan pernafasan. Harmonisasi ini banyak mengambil hasil positif khususnya yang menderita pada mata.
PUASA Dan PANTANG
Menjalani ritual puasa dan pantang sangat baik
Bisa latihan puasa dan menyedot energi lingkungan yang ada ohon-pohon dan bunga-bunga. “Sangat bermanfaat. Apa lagi diikuti dengan doa khusus yang khusuk dan penuh kekuatan. Jadi bmbingan rohani diperlukan,” tukasnya.
OLAHRAGA
Apa saja olahraga bisa dipilih mulai dari yang ringan sampai olah raga berat. Berenang, lari, loncat, naik gunung kurang direkomendasi. Sementara golf dan jalan pagi terbaik
MENOLONG ORANG LAIN
Berbagi kasih termasuk treatment yang bagus.
Bersama teman melakukan bakti sosial. “Membagi-bagi berkat, menolong orang sakit, menolong orang susah, membantu korban bencana. Apalagi bisa bersama Kill Covid-19, nenolong sesama yang kena Covid-19. Turut dalam doa sama-sama. Banyak manfaat dan energi positif bagus sekali. Berkorban, Ikhlas dan pasrah. Menerima keadaan. Nrimo dalam bahasa Jawa bagus sekali. Bagaimana bisa menerima kenyataan,” urainya.
TERAPI WARNA DAN WANGIAN
Kehilangan pegangan banyak menyebabkan kehilangan pandangan warna atau buta warna
Pilih parfum atau wangi-wangian yang cocok dan setiap hari bisa menghirup wangi-wangian lalu melatih melihat warna.
“Bunga-unga solusi bagus. Dikuti mendengar musik ringan lagu-lagu kenangan sangat membantu elatih penglihatan,” terangnya.
PERSAHABATAN
Pertemanan merupakan terapi yang bagus. Melakukan pertemuan sahabat. “Reuni sangat bagus. Ada istilah setiap pertemuan pasti ada kesembuhan. Percaya deh. Cari sahabat sebanyak mungkin dan buatlah ikatan persahabatan sebagai solusi suatu masalah. Apalagi teman-teman rohaniwan, seperti para Pastur, para Suster, para Kiai, para ustaz, para Biksu, para pendeta. Sudah saatnya bekerja keras Krena banyak yang membutuhkan,” paparnya.
CAHAYA
Terapi cahaya jarang dipraktikkan tetapi menjadi salah satu solusi. Buat ruangan kamar dengan cahaya lembut.
“Lampu-lampu kristal dan cahayanya sangat membantu. Lampu infra red hangat buat tubuh dan tulang. Tapi harus hati-hati iritasi karena kepanasan dan hindari mata secara langsung,” jelasnya.
JALAN JALAN
Ambil waktu bersama keluarga. Jalan-jalan piknik keluar kota. Jalan ke Bali atau Labuan Bajo.
“Menarik sekali. Bisa ajak teman-teman lama. Pariwisata masih menjadi solusi terapi psikologis yang agus. Atau jalan-alan ke tempat yang damai, indah. Bisa ke gunung, ke pantai,” terangnya.
Saya, lanjutnya ingin mengajak Anda berdoa bersama agar Tuhan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih memberi kita keringanan beban derita.
“Beri kami kekuatan. Dan ampuni segala dosa dan kesalahan kami. Semoga kita bisa melewati masa pandemi ini dengan baik, sehat, damai sejahtera,” ujarnya. (Gabriel/ditulis ulang oleh Adharta Ongkosaputra)