Adharta Ongkosaputra (Ist)
Menjelang Paskah seperti biasa Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra menyapa sahabat yang sakit dan yang sedang dirawat.
“Cucuku Fayola harus dirawat di RS Mandaya Royal karena tipus tapi sudah diperbolehkan pulang. Ada dua sahabat yang di rawat di sana, yakni bunda Nafsiah Mboi, mami Irene, papi Rustam Efendi, papi January Darmawan, papi Wisnu Lohanata. Doa saya terus-menerus semoga lekas sembuh dan bisa berkumpul lagi, bercanda,” harapnya.
Adharta mengatakan, ada kisah setangkai bunga. Dikirim oleh seorang pria untuk kekasihnya yang sedang dirawat di rumah sakit. Namun sayang jaraknya jauh jadi tidak bisa jumpa
“Katakan dengan bunga. Say it with flower. Setelah sembuh mereka berjumpa dan sang kekasih selalu ingat begitu banyak kata disampaikan bunga bertangkai. Ketika bunga berbicara hanya kata-kata indah dan positif yang keluar. Tiada dendam. Tiada benci. Tiada iri hati,” paparnya.
Dan, lanjutnya sepertinya harumnya bunga menghapus semua itu. “Ketima Jumat Agung saya ikut Misa onine di Katedral Jakarta. Kalau kita perhatikan ramalan para nabi, dimulai dati nabi Yesaya bahwa karena bilur-bilurNya, maka semua sakit penyakit disembuhkan,” urainya.
Menurutnya, wafatnya Yesus Kristus yang utama adalah menebus semua dosa manusia tetapi dosa adalah penyebab sakit penyakit sehingga otomatis merupakan penyembuhan total bagi semua pasien.
“Sebuah penghiburan yang fantastik bagi orang yang sakit. Begitu banyak kesembuhan yang didapat. Entah kebetulan atau tidak di medsos semua serempak menampilkan film Ibu Ida Dayak yang menyembuhkan orang sakit,” ucapnya.
Adharta mengemukakan, Ibu Dayak melalui doa dan pengharapan sambil menari dan mengurut pasien dan dalam waktu yang singkat bisa sembuh.
“Saya sangat terkesan dalam keharuan . Seandainya makin banyak ibu Ida, maka akan semakin baiklah pengobatan kita di dalam negeri,” ujarnya.
Ia menyebut mengapa para dokter diam saja. “Saya bisa bicara bahwa makin banyak orang tersembuhkan tanpa harus keluar negeri,” katanya.
“Ibu Ida Dayak. Aku mau kirim setangkai bunga buatmu. Walau sementara hanya lewat doa. Tapi disuatu saat aku ingin bunga bertangkai tiba di pangkuanmu”.
Adharta menilai ilmu kedokteran sering membatasi seorang dokter untuk mau mengenal ilmu non kedokteran.
“Hal ini beda dengan Tiongkok. Justru TCM menjadi daya tarik orang berobat ke Tiongkok. Saya pernah hadir di Universal Hospitàl Beijing. Yang spesial adalah menerapkan pengobatan traditional, yaitu akupunktur yang merupakan bagian dari obat-oatan tradisional,” urainya.
Ya, melihat orang dioperasi tanpa bius hanya tusuk jarum. “Saya tetap berharap karena kemajuan ilmu kedokteran berjalan paralel dengan ilmu pengobatan traditional,” harapnya.
Menurut Adharta, ibu Ida Dayak sudah membuka mata kita. Jadi, lanjutnya, kenapa kita masih diam. “Daya tarik Ibu Ida Dayak bak magnet. Bahkan, saya sempat menerima telepon dari beberapa sahabat di luar negeri menanyakan perihal ini,” ungkapnya.
Adharta lantas menceritakan mengenai pengalamannya dan besannya di Australia. “Masuk rumah sakit tidak dikasih obat dibiarkan baik sendiri. Obat hanya diberikan kalau terpaksa. Beda dengan rumah sakit kita. Belum apa-apa sudah dihantam obat-obatan,” tuturnya.
Bahkan, katanya, obat kelas berat atau obat keras. “Saya tidak paham tapi menurut saya ini juga merupakan salah satu penyebab orang malas ke rumah sakit dalam negeri,” tukasnya.
Adharta mencoba memberi saran bahwa obat harus dibatasi. “Ketika bisnis didahulukan selama ini sehingga kini bisnis ini perlu segera dibatasi sebab jangan karena bisnis, pasien jadi korban. Coba periksa semua SOP Rumah sakit selama ini obat jadi prioritas. Namun belum tentu cocok dengan sakitnya,” jelasnya.
“Kalau saya cerita pengalaman saya di beberapa Rumah Sakit rasanya hatiku ikut sakit. Untung saja saya tidak jadi gila karena salah obat karena kecanduan obat,” ungkapnya.
“Selamat Paskah Semoga semua pasien di mana saja menerima berkat Paskah dan lekas sembuh. Angkatlah tanganmu. Katakan karena bilur-bilur lukaMu aku jadi sembuh. Dan kita tidak perlu berobat keluar negeri lagi,” urainya.
Adharta mengajak untuk memberikan dukungan untuk Rumah Sakit di Tanah Air. “Ayo kita dukung Rumah Sakit dalam negeri. Saya jamin akan jauh lebih baik dari Rumah sakit luar negeri. Kelak orang asing berbondong-bondong ke Indonesia, yaitu ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Medan Manado, Makassar,” tegasnya.
“Semua kota di Indonesia siap melayani pasien dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Amerika dan Eropa. Trust it’s work. Within Indonesia,” tambahnya. (Gabriel)