Adharta Ongkosaputra

Pagi tadi, Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra ketika duduk di depan kediamannya sambil menatap langit terlihat sudah tidak biru lagi.

“Saya duduk di depan rumah sambil menatap langit. Semua sudah tidak biru lagi. Hampir semua tertutup kabut seperti asap. Saya coba menghirup udara, menarik nafas panjang. Udara yang masuk ke paru-paru saya terasa perih dan sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa udara kota Jakarta memang sudah sangat kotor. Parameter PM 2.5,” ujarnya.

Dan, lanjutnya, adanya pengumuman WHO yang menyatakan bahwa Jakarta sudah menjadi kota terkotor. Adharta mengaku sedih dengan kenyataan tersebut. Ia pun berpikir apa sebenarnya yang harus dikerjakan bagi kepentingan kebersihan udara di Jakarta dan negara tercinta Indonesia.

Sementara di sisi lain, ungkapnya, masih banyak pihak yang membuang sampah ke udara tanpa malu-malu dan tanpa merasa salah. “Yang paling sederhana adalah mobil, truk dan motor. Kendaraan dengan bahan bakar minyak masih belum memenuhi standar emisi. Di jalan raya kita masih melihat ratusan ribu kendaraan bermotor jalan dengan melepaskan sampah pembakaran. Sama sekali tidak memikirkan dampaknya bagi kesehatan masyarakat. Yang penting saya saja bebas polusi, yang lain biarkan saja,” terangnya.

Adharta mengemukakan, beberapa teman sedang berusaha seperti Oxytane yang mau memperhatikan kebersihan udara untuk membuat emisi buang bebas CO dan lain sebagainya. “Apresiasi buat para pejuang lingkungan hidup yang terus-menerus melawan dan memberikan kontribusi kerusakan lingkungan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dampak polusi udara sudah mulai terasa dengan terjadi Infeksi saluran pernapasan Atas (ISPA), kerusakan paru-paru. Bahkan, jaringan tubuh lainnya.

“Seorang sahabat saya menyampaikan bahwa dirinya sekarang merasa kedinginan kalau ke mal sehingga harus pakai jaket. Tidak tahan dingin padahal udara tidak dingin-dingin amat. Saya sampaikan agar konsultasikan dengan dokter paru-paru karena salah satu dampak kerusakan paru-paru simpton awal adalah kekurangan oksigen sehingga kurang pembakaran akibatnya tubuh akan merasa dingin. Saran saya kepada beliau segera konsultasi ke dokter bila perlu foto torax,” jelasnya.

Adharta mencoba mengusulkan kepada semua rumah sakit, institusi pendidikan, dan masyarakat supaya serempak mau memperhatikan kebersihan lingkungan khususnya udara yang ada dalam kehidupan sehar-hari.

“Buat kita semua pencegahan harus segera diambil:

1. Pakai master di udara yang pekat atau dalam ruangan yang berpotensi polusi

2. Memperhatikan ventilasi udara di gedung dan rumah kalau udara kotor agar sementara bisa ditutup sementara

3. Memperhatikan lingkungan yang ada

4. Kebersihan kendaraan bermotor agar diservis rutin

5. Memeriksakan diri ke dokter dengan cara tes paru-paru agar jangan terlambat

6. Melakukan ajakan kepada sahabat, teman, dan keluarga agar semua mau memperhatikan kebersihan udara, baik secara pribadi, komunitas maupun umum di tempat publik

7. Hindari hal-hal yang merugikan kesehatan. Menghindari rokok, jangan membuang sampah sembarangan, jangan membuat polusi udara, angan merusak lingkungan, menanam pohon, bunga baik adanya

“Banyak usaha dari diri masing-masing bisa membantu pemerintah. Pihak Kementerian Kesehatan juga sudah berusaha maksimal tapi hasilnya belum terasa. Pemerintah juga sedang membantu membuat hujan buatan untuk mengurangi polusi. Kementerian Lingkungan Hidup bertanggung jawab. Data kerusakan lingkungan sudah ada di depan mata jadi tidak perlu dicari,” paaprnya.

Adharta berpesan mari teman, sahabat, keluarga kita satu hati, satu jiwa, satu tujuan menuju Indonesia Sehat. (Gabriel)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.