Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra meneruskan pemaparannya. “Dalam perjalanan pulang sehabis kontrol jantung saya di RS Mt Elisabeth Novena Singapura, saya menyempatkan berdiskusi dengan beberapa teman dokter di Jakarta,” ucapnya.

Ketika itu, lanjutnya, Adharta membawa anak menantu dan cucu-cucu. “Jalan-jalan sekaligus kontrol ramai-ramai.

Pada kesempatan ini Adharta ingin memberikan beberapa catatan, yakni mengapa pasien lebih suka berobat ke luar negeri khususnya Malaysia (Penang) dan Singapura.

Pertama

Alasan Dokter dan Rumah Sakit

Mengapa kita lebih percaya dokter di luar negeri daripada dokter Dalam Negeri

Tentu banyak alasan. Walau pengobatan di luar negeri belum tentu lebih murah. “Kalau lebih mahal itu pasti ,” katanya

Confidence atau Percaya

Kalau boleh saya bicara jika kita percaya dengan dokter itu 50 persen penyakitnya sudah sembuh sebelum diperiksa atau pengobatan.

Nah darimana kepercayaan itu bisa didapat. Karena dari mulut ke mulut, cerita ke cerita.

Pertemanan dan keakraban

Boleh tanya siapa saja kalau dokter di luar negeri jauh lebih ramah. Itu bisa dilihat dari cara menyapa, cara berdiskusi, dan cara memberi penjelasan, terutama terhadap keluarga yang mengantar

“Peranan keluarga sangat besar karena nanti pulang kalau ada keluarga yang sakit maka apa yang akan terjadi.Saya yakin dan percaya keluarga tersebut akan bawa kedokter itu lagi,” ucap Adharta.

Informasi dan komunikasi

Komunikasi antara dokter dan pasien serta perawat ditata sempurna. Apakah dilatih atau tidak. Apakah terjadi begitu saja.

“Saya tidak pernah tahu kalau di Indonesia seorang dokter spesial menyapa pasiennya lecuali kenal baik atau teman

Informasi yang akurat untuk tidak coba-coba. Jadi tidak asal kasih obat. Saran-saran yang sangat masuk akal

Kedua adalah aasan peralatan Rumah Sakit

Kebersihan dan tata kelola

Coba perhatikan kebersihan toilet yang menjadi perawatan berkala Rumah Sakit. Aroma terapi hingga sudut-sudut ruang sampai Zoning dan Pencahayaan

Berisik juga di ukur. “Saya pernah melihat perawat menegur beberapa orang yang berisik dengan menawarkan tempat duduk yang nyaman bahkan menawarkan mnuman dingin,” ujar Adharta.

Tata kelola demikian belum pernah terlihat di Indonesia. Wewangian aroma terapi juga dipilih melalui studi banding bukan asal beli.

“Kalau kita lihat dan bandingkan bukan masalah peralatan. Tapi lebih utama tata kelola Rumah Sakit. Bayangkan sepatu perawat kaus kaki juga diatur. Sampai tata rambut dan uniform,” katanya.

Peralatan dan instrumen

Ia menyebut perawatan peralatan sangat sempurna. Adharta mencontohkan d Penang, Malaysia. “Saya saksikan di rumah sakitnya tidak terlalu istimewa tapi kalau kita masuk ruang tindakan atau ruang observasi pasti kita akan merasakan perbedaan,” ungkapnya.

Bagaimana, lanjutnya, bisa membuat peralatan selalu terlihat seperti baru, seperti ranjang Rumah Sakit, seprei dan peralatan tambahan.

“Semuanya itu dirawat seperti hotel bintang lima”.

Ketiga soal kecepatan dan waktu.

Lama perawatan

Semua dianalisa. Misalnya orang operasi dengkul cukup satu hari.

“Saya dioperasi lehernya selama 8 jam.Tetapi di rumah sakit cuma dua malam. Disuruh pulang sambil ada 2 botol dengan selang masih di leher. Kata dokter anggap saja shoping bawa tas kemana-mana,” tuturnya.

Adharta terkejut seakan tidak percaya. Dan setelah 4 hari kembali kontrol buka jahitan dan lepas botol isi darah.

“Apa yang terjadi. Nanti bisa dilihat. Bekas operasi sempurna tidak ada tanda atau bekas operasi. Begitu halus dan rapi (kalau mau lihat saya boleh, biar ada perbandingan),” terangnya.

Penjadwalan waktu

Ketepatan waktu, yakni janji dokter dan janji Rumah sakit. “Anda tidak perlu tunggu berjam-jam. Kalau selisih waktu mungkin hitungan menit,” ungkapnya.

Sementara kalau di Jakarta janji pukul 19.00 WIB bisa periksa jam 00.00 WIB. Menurutnya, fenomena ini perlu diperbaiki.

“Perlu belajar khusus teori antrean”.

Pelayanan Rumah Sakit

“Kalau kita mau berobah maka kita harus berani melihat pelayanan bagaimana yang memiaskan pasien dan Keluarga.Bukan memuaskan diri kita. Kalau ada pasien yang tidak puas maka yang disalahkan pasien. Apalagi pasien yang ada di kelas 3,” jelasnya.

Pernah dengar istilah “Masuk sehat keluar mati”

Sakit rasanya dengar di telinga. Apa lagi kalau ada pasien masuk Rumah sakit ribut dengan perawat atau dokter sehingga keluarga minta dipindahkan

“Kalau di Singapura kejadian ini jika terjadi maka Dirut Rumah sakit bisa langsung dipecat atau mengundurkan diri,” sebutnya.

Keempat kemampuan analisa dokter

Tidak ragu ragu

Yang perlu kita kasih jempol itu adalah seorang dokter berani mengatakan tidak mampu lalu konsul dengan dokter lain.

Tanpa ragu pasiennya kabur ke dokter lain. “Analisa sebuah kasus begitu cepat tanpa ragu-ragu sehingga menimbulkan kesan pasti membuat pasien betul-betul merasa yakin,” paparnya.

Sedikitnya kasus malpraktik dan tidak ditutupi memberikan keyakinan kepada pasien sebuah keyakinan tersendiri. (Gabriel)