Ketua Umum Kill Covid-19 Adharta Ongkosaputra mengungkapkan bahwa dirinya harus masuk Rumah Sakit Mount Elisabeth Novena Singapura untuk rawat inap.

“Dokter Nikolaus Wanahita sudah mempersiapkan segalanya dengan rapi. Semoga semua berjalan lancar,” harapnya.

Adharta teringat 30 tahun lalu dimana anak-anaknya baru tamat SD dirinya punya cita-cita agar mereka bisa mendapatkan sekolah yang bagus di Singapura.

Cita-ita ini terwujud sampai anak-anak saya selesai sekolah di Toa Payoh Singapurae. Memang semuanya serba kebetulana dari rencana. Bertemu orang yang bercerita tentang sekolah termasuk bertemu Rina Ciputra, sahabat saya yang semua seperti sudah diatur oleh Tuhan yang Maha Kuasa,” ucapnya.

Adharta menceritakan suatu hari saya pulang kantor di daerah Pluit mampir makan di Bakmi Cip Cip Jalan Jembatan Tiga. Yang punya restoran bercerita bahwa beliau bangga baru mengirim anaknya sekolah di Singapura. Mulai dari tempat kos, sekola, biaya-biaya lengkap. Sepertinya Tuhan mengaturnya jadi saya sama sekali tidak repot-repot mencari Informasi,” ucapnya.

Jadi, lanjutnya, tinggal mempersiapkan anak-anak dan persiapan sekolah. “Puji Tuhan dalam waktu singkat anak-anak selesai sekolah di Singapura dan lanjut S1 dan S2 di Griffith University BrisbaneQ ueensland Australiaa sampai kawin dan punya anak. Sungguh sebuah berkat besar buat anak-anak,” terangnya.

Cucu sudah 7 orang

Sebagai orang tua, lanjutnya, saya rasa semua punya cita-cita anak-anak bisa sekolah di luar negeri walau sekolah di dalam negeri juga sudah sangat bagus.

Tetapi tetap perlu untuk ditingkatkan kualitas sekolah, seperti fasilitas, pengajar dan terpenting adalah kemampuan sekolah untuk melahirkan murid dan mahasiswa yang berkemampuan skill.

“Saya juga sampaikan ke anak-anak juga bahwa sekolah sekolah sekolahP. ertama cari ilmu. Sekolah juga lanjut cari teman dan sekolah. Terakhir berkepribadian, berbudi luhur, bermental, daya tahan dan sebagainya.

“Singapura bisa dibilang memiliki sekolah yang bagus.Tetapi lebih penting memiliki hubungan dengan dunia International sehingga anak-anak memiliki wawasan terbuka dalam hubungan bisnis kelak,” urainya.

Walaupun negara pulau ini berpenduduk kurang dari 4 juta orang tetapi memiliki daya saing cukup tinggi. Dahulu mungkin berharap bahwa orang Indonesia akan menginvestasikan dananya di sana.

Bahkan dominasi uang orang Indonesia cukup dominan. Tetapi sekarang mungkin agak berbeda

“Bahkan banyak Investor dari luar membangun sekolah Industri Rumah Sakit di Singapura. Dominasi Tiongkok sudah melewati Indonesiaa. Salah satu pilihan sekolah di Singapura sebetulnya masalah bahasa,” katanya.

Jadi, lanjutnya bisa pilih bahasa Melayu, bahasa Inggris dan bahasa Mandarin.

“Bagaimanapun juga kita terus harus belajar bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, termasuk didalamnya pendidikan budi pekerti. Pendidikan sikap mental dan juga agama yang kuat. Saya prubadi dalam masa pandemi Covid-19 banyak belajar dari Singapura, terutama mengatasi dan mencegah Covid-19 dengan vaksinasi,” tukasnya.

Adharta berharap semoga semua menjadi baik. (Gabriel)